PERAN STRATEGIS MENDUKUNG
SISTEM INFORMASI MATERIAL DAN PERALATAN
PUSAT PEMBINAAN SUMBER DAYA INVESTASI,
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI,KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
1. PENDAHULUAN
Turun naiknya
perkembangan sektor konstruksi dipengaruhi oleh iklim ekonomi, dan sebaliknya
kondisi ekonomi nasional juga sedikit banyak ditentukan oleh seberapa besar sektor konstruksi terhadap pertumbuhan sektor-sektor lainnya.
Sebagaimana halnya dengan yang terjadi di banyak negara,
sektor ini memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi pertumbuhan di
sektor-sektor sosial dan ekonomi lainnya. Perkembangan sektor konstruksi,
khususnya dalam pembangunan infrastruktur, mendukung terciptanya sarana dan
prasarana sosial dan ekonomi yang lebih baik bagi masyarakat. Pembangunan
infrastruktur memungkinkan peningkatan mobilitas masyarakat dan niaga,
prasarana sanitasi, kesehatan dan pendidikan serta fungsi-fungsi sosial lainnya
juga menjadi lebih baik.
Sektor konstruksi Indonesia sendiri telah tumbuh sejak awal
tahun 1970-an. Data Badan Pusat Statistik menunjukan bahwa kontribusi sektor
konstruksi nasional terhadap PDB terus meningkat dari 3,9 % di tahun 1973
hingga mencapai lebih dari 8% di tahun
1997. Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi, sejak tahun 1998 pertumbuhan di
semua sektor mengalami penurunan yang
sangat tajam, tak terkecuali sektor konstruksi yang kontribusinya terhadap PDB
merosot hingga menjadi sekitar 6 % di
tahun 2002. Selanjutnya, sejak tahun 2003 sektor ini kembali menunjukkan kecenderungan membaik, yang ditandai dengan
kontribusi terhadap terhadap PDB sebesar 6,35 % di tahun 2005. Sebagai salah
satu sektor penting, pertumbuhan industri konstruksi nasional ini tentunya
merupakan peluang emas bagi para pelaku jasa konstruksi nasional untuk lebih
berkarya dan berpartisipasi dalam pembangunan nasional.
Namun demikian pertumbuhan ini bukan tanpa tantangan.
Perkembangan teknologi dan tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap
produk-produk konstruksi, sekali lagi menjadi peluang sekaligus tantangan yang
harus dihadapi oleh pelaku di industri konstruksi. Disisi lain pemberlakuan
kesepakatan pasar terbuka memungkinkan masuknya pesaing asing ke dalam sektor
konstruksi nasional.
Melalui kesepakatan GATT, AFTA, ACFTA, APEC, IJ-EPA,
AANZFTA, AKFTA, BIMPEAGA, IMT-GT, dan AIFTA perusahaan-perusahaan konstruksi
dapat berkompetisi dalam merebut pangsa konstruksi nasional, yang bila tidak
disikapi dengan tepat akan mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan konstruksi
nasional. Salah satu untuk menjaga meningkatkan daya saing dengan mempromosikan
inovasi dalam industri konstruksi nasional dan meningkatkan kinerja sumber daya
manusia, kinerja operasional, kinerja pemasaran, kinerja perencanaan dan
pengembangan, serta meningkatkan kinerja keuangan.
2. Protet Permasalahan Jasa Konstruksi di Indonesia
Indonesia yang merupakan salah satu
negara berkembang, juga mengalami beberapa permasalahan-permasalahan industri
jasa konstruksi antara lain :
a.
Buruknya sikap mental dan perilaku
oknum. Fenomena lainnya yang menjadi penyebab berbagai permasalahan di sektor
konstruksi dan investasi di Indonesia adalah adanya korupsi, kolusi dan
nepotisme, monopoli dan praktek persaingan usaha yang tidak sehat, yang
merupakan akibat dari bobroknya moral dan sikap mental (attitude) dan buruknya
perilaku oknum. Hal-hal seperti itu dapat mengganggu perusahaan jasa konstuksi
dalam mendapatkan proyek.
b.
Kurangnya daya saing dengan kontraktor
asing akibat keterbatasan dana dan teknologi. Fasilitas jaminan bank
kontraktor indonesia masih sering ditolak oleh pemilik proyek diluar negeri,
hal ini menyebabkan kontraktor nasional masih sangat kesulitan untuk bersaing
dengan kontraktor asing yang mampu memperoleh finansial dengan bunga yang rendah
di negaranya. Sementara itu, akibat keterbatasan kemampuan pemerintah maupun
swasta untuk membiayai pembangunan proyek-proyeknya dengan anggaran dalam
negeri, telah menyebabkan hampir semua proyek-proyek besar milik pemerintah
maupun swasta dibiayai oleh dana pinjaman luar negeri. Dengan menggunakan
alasan bahwa kontraktor nasional belum berpengalaman dan berkemampuan dalam
teknologinya, investor asing cenderung membawa kontraktor dari negaranya.
Akibatnya secara langsung kontraktor-kontraktor asing masuk bersama dengan
datangnya pinjaman luar negeri.
c.
Minimnya pengalaman terjun ke luar
negeri, sehingga bisa dikatakan bahwa “lapangan” di manca negara itu masih
asing bagi kontraktor nasional. Namun kelemahan ini bisa diatasi dengan
beberapa cara, misalnya dengan menjalin kerja sama kemitraan dengan perusahaan
kontaktor asing, memperbaiki profesionalitas dan manajemen usaha, serta terus
menerus mempelajari karakteristik bisnis konstruksi di berbagai negara.
d.
Kesadaran masyarakat akan manfaat dan
pentingnya peran jasa konstruksi bagi kepentingannya masih perlu ditumbuh
kembangkan.
3. PERAN
INDEKS KONSTRUKSI DALAM PEMBANGUNAN
Indeks konstruksi sangat berperan
strategis dalam pembangunan nasional khususnya sektor konstruksi, untuk
memberikan gambaran pencapaian kinerja sektor konstruksi baik tingkat makro,
meso dan mikro terhadap pertumbuhan ekonomi baik di suatu daerah maupun di
tingkat nasional. Dengan mengetahui kinerja sektor ekonomi, serta peran dan
kontribusi sektor konstruksi terhadap perekonomian nasional maka pembinaan
kepada pelaku jasa konstruksi dapat diberikan secara efektif dan efisien,
karena dapat diketahui akar penyebab yang mempengaruhi mengapa peran dan
kontribusi sektor konstruksi terhadap perekonmian nasional tidak maksimal,
begitu juga peran dan kontribusi sektor konstruksi terhadap perekonomian
daerah, dimana dapat dievaluasi kinerja-kinerja terdahulu sebelumya, dan di
temukan penyebab-penyebabnya, sehingga untuk kedepannya dapat direkomendasikan
tidakan pencegahan dan tindakan perbaikan.
Indikator penentu indeks konstruksi
nasional, dapat diukur dari 3 indikator indeks yaitu :
a. Indeks
Mikro
Indeks mikro adalah indeks yang
menggambarkan kinerja proyek-proyek konstruksi yang diukur dari profit
perusahaan, dimana indeks ini dipengaruhi oleh :
1. Profit
Proyek
Membentuk dan meningkatkan kemampuan
mendapatkan laba (profitability) dalam suatu perusahaan tergantung apakah
produk pekerjaan yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.
Untuk meraih profit, perusahaan
konstruksi harus fokus pada variabel-variabel kunci dalam suatu proyek yaitu :
kualitas, kepuasan pelanggan, biaya, jadual, keselamatan dan kesehatan kerja,
serta dampak lingkungan. Titik penentu tinggi rendahnya profit perusahaan
adalah naik turunnya tingkat suku bunga. Tinggi rendahnya profit perusahaan
dapat diukur, antara lain dari ROI (return on investment) perusahaan yaitu
perbandingan antara pendapatan dengan investasi/pengeluaran.
2. Waktu Konstruksi.
Waktu merupakan salah
satu tolok ukur utama dari harapan pengguna jasa (customer expectation),
disamping biaya dan mutu. Berdasarkan sifat proyek yang terbatas waktunya, maka
diperlukan manajemen waktu yang baik. Kurang baiknya penjadualan dan
pengelolaan waktu juga mempengaruhi biaya, kualitas, dan kepuasan pelanggan.
3.
Mutu Konstruksi.
Mutu adalah pemenuhan atas persyaratan
spesifikasi yang telah ditetapkan.
4.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam proyek konstruksi diperlukan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yaitu proses yang dibutuhkan
untuk mengelola dan memastikan bahwa aktivitas proyek konstruksi telah
ditangani dengan benar.
5.
Lingkungan.
Manajemen lingkungan dalam proyek
konstruksi merupakan proses yang dibuat untuk memastikan bahwa dampak yang
diakibatkan oleh konstruksi yang sedang berjalan tidak mengganggu lingkungan
sekitarnya.
b. Indeks
Meso
Indeks meso yaitu indeks yang
menggambarkan kinerja perusahaan jasa kontruksi, yang diukur dari pertumbuhan
sektor konstruksi, dimana indeks ini dipengaruhi oleh :
1. Profit Perusahaan
Profitability assessment yang digunakan manajemen perusahaan untuk
mengevaluasi kinerja adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.
2.
Pertumbuhan
Pertumbuhan bisa dicapai apabila ada
laba yang memadai dan diperoleh secara berkesinambungan dalam jangka waktu
panjang.
3.
Sustainability
Sustainability konstruksi adalah menciptakan lingkungan yang
sehat dengan menggunakan sumber daya yang efisien, dan menggunakan
prinsip-prinsip yang berdasarkan ekologi
4.
Daya Saing
Faktor yang mempengaruhi kinerja
perusahaan yang sehat dan berdaya saing tinggi, antara lain : sumber daya
manusia, sistem operasional, pemasaran, perencanaan dan pengembangan, serta
faktor keuangan.
Dalam perusahaan jasa konstruksi,
produktifitas dapat dilihat dari sumber daya manusianya (tenaga kerja), semakin
tinggi produktivitas tenaga kerjanya, maka akan semakin tinggi juga kinerja
perusahaan, dan akan meningkatkan daya saing perusahaan dan profit perusahaan.
c. Indeks
Makro
Indeks makro yaitu indeks yang menggambarkan gross domestic
product (GDP) yang digerakkan oleh sektor konstruksi, antata lain : pertumbuhan
sektor konstruksi, pertumbuhan tenaga kerja, dan nilai konstruksi.
Industri konstruksi dianggap sebagai
industri yang memiliki tingkat "fragmentasi" tinggi. Meningkatnya
biaya pelaksanaan, keterlambatan, konflik dan perselisihan, merupakan contoh
permasalahan yang berawal dari fragmentasi, hingga industri konstruksi dikenal
sebagai industri yang tidak efisien (Tucker et al., 2001). Untuk itu perlu
adanya suatu solusi, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah penerapan konsep
konstruksi ramping (lean construction), khususnya dalam pengelolaan rantai
pasok (SCM) di suatu proyek konstruksi. Studi mengenai hal ini di Indonesia
baru memasuki tahap awal. Perlu ada tindaklanjut dengan studi-studi yang
mengarah pada metoda pengelolaan supply chain konstruksi yang efektif dan
efisien. Diperlukan suatu alat bantu sebagai media di dalam melakukan penilaian
terhadap efektifitas dan efisiensi jaringan supply chain proyek konstruksi
berupa indikator yang akan dijadikan sebagai acuan untuk menilai kinerja
terkait efektifitas dan efisiensi dari jaringan supply chain pada proyek
konstruksi khususnya bangunan gedung. Melalui penelitian ini alat bantu berupa
indikator tersebut kemudian akan dikembangkan, dimana pengembangannya akan
didasarkan terhadap penerapan tiga aspek utama dari konstruksi ramping, yaitu
"conversion", "flow" dan "value" Sebagai hasil
telah berhasil dikambangkan 10 (sepuluh) indikator penilaian kinerja supply
chain pada proyek konstruksi bangunan gedung sebagai hasil kompilasi antara
telaah terhadap kajian literatur dan kajian terhadap 10 (sepuluh) jenis data yang tipikal dimiliki oleh
kontraktor-kontraktor besar proyek konstruksi (khususnya bangunan gedung), yang
terkait dengan aliran material/jasa, uang dan informasi yang dapat mendukung
terhadap kelancaran produksi dan koordinasi yang baik antar pihak yang terlibat
di suatu jaringan supply chain, yang berhasil diidentifikasi dari hasil survey.
Set indikator yang telah dikembangkan selanjutnya diterapkan pada satu proyek
studi kasus, sebagai hasil diperoleh beberapa temuan penting bahwa di dalam
pengembangannya, 10 (sepuluh) indikator yang ada seharusnya dilakukan terhadap
keseluruhan waktu siklus proyek, karena dengan demikian kinerja dari awal
hingga akhir proyek bisa terukur dengan baik sehingga dapat di-rumuskan umpan
balik yang perlu diberikan agar kinerja proyek dapat terus ditingkatkan untuk
menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang. Pengembangan rumus yang ada
juga masih kurang begitu akurat dan kurang memaksimalkan informasi yang ada
dari masing-masing data yang diperoleh. Pada beberapa indikator masih bersifat
terlalu kualitatif dan memerlukan adanya suatu pengelompokkan. Jika dikaitkan
dengan pengaplikasian indikator kinerja supply chain, maka secara keseluruhan
pihak manajemen proyek (perusahaan kontraktor) pada proyek yang menjadi studi
kasus telah memiliki performa yang baik dalam hal pendokumentasian data-data
yang terkait dengan aliran material/jasa, uang dan informasi yang dapat
mendukung terhadap kelancaran produksi dan koordinasi yang baik antar pihak
yang terlibat di suatu jaringan supply chain. Oleh karena itu penerapan 10
(sepuluh) indikator yang telah dikembangkan di proyek-proyek konstruksi bagunan
secara umum juga mungkin untuk dilakukan. Tetapi hal tersebut tentunya
tergantung pula dari kemampuan pihak manajemen proyek (perusahaan kontraktor)
di masing-masing proyek di dalam mendokumentasikan data-data penting yang
dimilikinya. Dari 10 (sepuluh) indikator yang telah dikembangkan, terdapat
beberapa indikator penilaian yang pengaplikasiaannya terkadang sulit untuk
dilakukan. Karena itu sebaiknya setiap jenis data telah memiliki bentuk baku
(form standar) agar dukungan data terhadap kelancaran produksi dan penciptaan
koordinasi yang baik antar pihak yang terlibat dalam jaringan supply chain di
proyek studi kasus ini dapat memberikan manfaat yang maksimal, sehingga
peningkatan efektifitas dan efisiensi jaringan supply chain dapat diperoleh.
Industri
konstruksi memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dengan industri
lainnya, khususnya proyek konstruksi bangunan gedung. Kompleksitas pekerjaan
menyebabkan banyak pihak dengan berbagai keahlian yang terlibat pada
pelaksanaan proses produksinya dan akan membentuk supply chain yang kompleks.
Kompleksitas supply chain ini memerlukan suatu manajemen pengelolaan hubungan
antar mata rantai yang terlibat. Hal ini dirasa perlu karena pengelolaan supply
chain dipercaya sebagai salah satu usaha yang strategis untuk meningkatkan daya
saing suatu perusahaan konstruksi di tengah semakin ketatnya persaingan lokal,
regional maupun global, sebagaimana layaknya industri lainnya. Suatu supply
chain yang efisien dianggap dapat memberikan daya saing yang tinggi kepada
perusahaan yang menjadi bagiannya selain itu desain supply chain yang buruk
ditenggarai memiliki potensi meningkatkan biaya proyek hingga 10%.
Supply chain konstruksi akan memberikan konstribusi terhadap efisiensi suatu pelaksanaan proyek, sehingga suatu supply chain konstruksi memiliki potensi untuk menjadi salah satu ruang yang memungkinkan untuk dilakukannya peningkatan dalam industri konstruksi. Sebagai tahap awal dilakukan pemetaan pola supply chain konstruksi yang terdapat dalam praktek konstruksi di Indonesia, khususnya dalam proyek konstruksi bangunan gedung, dan telah teridentifikasi empat bentuk pola supply chain yang biasa ditemui dalam proyek-proyek konstruksi khususnya bangunan gedung. Langkah selanjutnya yang diperlukan adalah melakukan pengukuran terhadap kinerja dari masing-masing pola supply chain yang telah terbentuk. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan gambaran kinerja dari masing-masing pola supply chain proyek konstruksi bangunan gedung, terutama terhadap pengelolaan hubungan para pihak yang terlibat dalam proses produksi proyek konstruksi bangunan gedung.
Pengukuran dilakukan terhadap kinerja supply chain dari 4 (empat) proyek studi kasus terbatas untuk lingkup pekerjaan finishing arsitektur dengan lingkup waktu kajian hanya untuk kurun waktu 7 (tujuh) bulan dari waktu pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan menggunakan 10 (sepuluh) indikator penilaian kinerja supply chain. Berdasarkan hasil kajian terlihat bahwa terkait dengan implementasi konsep lean construction, diperoleh temuan kinerja supply chain dari masing-masing proyek dapat dikatakan baik terhadap pemahaman dan penerapan yang telah dilakukan di lapangan terhadap aspek-aspek dari konsep conversion pada tahap pelaksanaan. Terlihat telah adanya pemahaman dan penerapan konsep produksi sebagai proses conversion oleh kontraktor dalam pengelolaan proses bisnisnya. Selain itu juga terlihat telah ada usaha-usaha yang dilakukan oleh kontraktor dalam menerapkan konsep aliran (flow) dalam produksi pada pelaksanaan pekerjaan di lapangan
Supply chain konstruksi akan memberikan konstribusi terhadap efisiensi suatu pelaksanaan proyek, sehingga suatu supply chain konstruksi memiliki potensi untuk menjadi salah satu ruang yang memungkinkan untuk dilakukannya peningkatan dalam industri konstruksi. Sebagai tahap awal dilakukan pemetaan pola supply chain konstruksi yang terdapat dalam praktek konstruksi di Indonesia, khususnya dalam proyek konstruksi bangunan gedung, dan telah teridentifikasi empat bentuk pola supply chain yang biasa ditemui dalam proyek-proyek konstruksi khususnya bangunan gedung. Langkah selanjutnya yang diperlukan adalah melakukan pengukuran terhadap kinerja dari masing-masing pola supply chain yang telah terbentuk. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan gambaran kinerja dari masing-masing pola supply chain proyek konstruksi bangunan gedung, terutama terhadap pengelolaan hubungan para pihak yang terlibat dalam proses produksi proyek konstruksi bangunan gedung.
Pengukuran dilakukan terhadap kinerja supply chain dari 4 (empat) proyek studi kasus terbatas untuk lingkup pekerjaan finishing arsitektur dengan lingkup waktu kajian hanya untuk kurun waktu 7 (tujuh) bulan dari waktu pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan menggunakan 10 (sepuluh) indikator penilaian kinerja supply chain. Berdasarkan hasil kajian terlihat bahwa terkait dengan implementasi konsep lean construction, diperoleh temuan kinerja supply chain dari masing-masing proyek dapat dikatakan baik terhadap pemahaman dan penerapan yang telah dilakukan di lapangan terhadap aspek-aspek dari konsep conversion pada tahap pelaksanaan. Terlihat telah adanya pemahaman dan penerapan konsep produksi sebagai proses conversion oleh kontraktor dalam pengelolaan proses bisnisnya. Selain itu juga terlihat telah ada usaha-usaha yang dilakukan oleh kontraktor dalam menerapkan konsep aliran (flow) dalam produksi pada pelaksanaan pekerjaan di lapangan
4. TUGAS DAN FUNGSI BALAI SUMBER DAYA INVESTASI
Balai Sumber Daya Investasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan program kerja, pelaksanaan
bimbingan teknis dan pelatihan pola investasi infrastruktur serta pengumpulan
dan pengolahan data sumber daya material serta peralatan konstruksi,
daya saing, pasar konstruksi domestik
dan internasional, serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Balai.
Dalam melaksanakan tugasnya, Balai Sumber Daya Investasi
menyelenggarakan fungsi :
- Penyusunan program kerja Balai;
- Pengumpulan dan pengolahan data sumber daya material serta peralatan.
- Pelaksanaan pemeliharaan prasarana dan sarana.
- Pelaksanaan bimbingan teknis dan pelatihan pola investasi infrastruktur.
- Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
- Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan Balai
- Pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan akuntansi barang milik negara; dan
- Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.
Balai Sumber Daya Investasi, Pusat
Pembinaan Sumber Daya Investasi, BP-Konstruksi .
Visinya adalah :” Terwujudnya sistem
informasi sumber daya investasi yang inovatif, akurat, dan terkini.
Misinya :
a.
Meningkatkan
peran Balai Sumber Daya Investasi dalam
rangka memberdayaguna komunikasi antara pemangku peluang investasi dengan calon
investor yang komprehensifitas, kredibilitas, aktualitas dan kelayakan
informasi sumber daya investasi untuk memfasilitasi pengambilan keputusan.
b.
Meningkatkan pelayanan informasi di bidang
sumber daya investasi dalam rangka menyelaraskan kepentingan investasi sektor
konstruksi dan perlindungan jasa konstruksi Nasional.
c.
Meningkatkan pengelolaan database dan
informasi di bidang sumber daya investasi dalam rangka membentuk ketertarikan,
kepercayaan, harapan dan selanjutnya keputusan penanaman modal sektor
konstruksi.
5. PERAN STRATEGIS PENGUASAAN INFORMASI MATERIAL DAN PERALATAN
Terkait dengan lingkup tugas dan
fungsi Balai Sumber Daya Investasi, produk industri yang dimaksud adalah produk
konstruksi berupa infrastruktur. Mengingat peran infrastruktur yang sangat
strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, maka setiap kebijakan
peningkatan penyelenggaraan infrastruktur perlu didukung dengan pengelolaan sumber daya material dan
peralatan konstruksi, agar produk konstruksi tersebut dapat lebih efisien
dan efektif.
Dalam hal memaksimalkan tingkat
penggunaan dan pemanfaatan material dan peralatan, perlu dilakukan pengelolaan sedemikian rupa,
sehingga penggunaan dan pemanfaatan material dan peralatan dapat lebih efektif
dan efisiensi.
Untuk itu diperlukan informasi yang
akurat dan terkini atas kebutuhan dan ketersediaan material dan peralatan
konstruksi.
Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi
bermaksud mengembangkan sistem informasi manajemen database secara oneline,
yang akan mencakup data investasi infrastruktur, kebutuhan material dan
peralatan, serta pasar konstruksi baik bidang ke-PU-an, maupun non ke-PU-an.
Dalam analisis kebutuhan material dan
peralatan konstruksi suatu proyek diperlukan data : nilai paket, jenis pekerjaan, volume item pekerjaan , dan waktu
pelaksanaan (jadual pelaksanaan), baik dari dana pemerintah maupun swasta,
per-provinsi.
Hasil analisis material
dan peralatan konstruksi dapat digunakan untuk :
a.
Memperkirakan
apakah dana investasi bidang ke-PU-an, dan non ke-PU-an bisa terserap, jika dibandingkan
dengan jumlah peralatan eksisting, material yang tersedia, serta jumlah
perusahaan konstruksi yang berkinerja baik. Dengan demikian, ketidakseimbangan
antara kebutuhan dan pemenuhannya dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat
diambil tindakan-tindakan antisipasinya.
b.
Mengantisipasi dampak perubahan makro ekonomi
terhadap perubahan harga material dan peralatan konstruksi serta pengaruhnya
terhadap pencapaian sasaran pembangunan.
c.
Mengetahui kondisi pasar konstruksi bidang
ke-PU-an, dan non
ke-PU-an serta persebarannya di seluruh Wilayah
Indonesia.
d.
Mengetahui
peta kebutuhan material dan peralatan konstruksi, dalam rangka mendukung
investasi infrastruktur dalam negeri.
6. PROGRAM KERJA BALAI SUMBER
DAYA INVESTASI JANGKA PENDEK
a.
Rapat Persiapan Pra-Workshop ( mendatangkan
masing-masing 1 orang tenaga ahli
material dan peralatan, serta tenaga ahli pemasaran bidang konstruksi, untuk
mematangkan bahan workshop).
b.
Pelaksanaan Workshop database material
serta peralatan dan pasar konstruksi.
c.
Mengadakan konsultan perorangan untuk
tenaga ahli SIM, ahli SIG.
d.
Membuat aplikasi SIM Pusbin SDI
e.
Mengadakan analisis kebutuhan material
dasar dan alat berat untuk mendukung investasi infrastruktur bidang ke-PU-an,
Tahun Anggaran 2011.
f.
Melaksanakan pengumpulan data material dan
peralatan serta pasar konstruksi pada 33 provinsi.
g.
Melaksanakan pengembangan satelite account
sektor konstruksi.
7. KEGIATAN PENGUMPULAN DATA MATERIAL DAN PERALATAN
PADA 33 PROVINSI.
a. Mendata produsen material (pabrikan), dan kapasitasnya
per-bulan untuk material : - semen, baja tulangan/besi beton, genteng, batu bata, turap baja, lembaran
aluminium (untuk atap), baja I, baja
kanal, baja siku, kawat bronjong, kawat pengikat, kawat baja, pipa PVC, pipa
baja, pipa besi tuang (pipa air), atap plastik gelombang dari PVC, cat besi,
cat kayu, cat tembok, cat dasar meni besi, ply wood (kayu lapis), aspal minyak,
aspal buton (asbuton), dan lain-lain.
b. Mendata perusahaan jasa material olahan (produksi
per-bulan) : beton, asphalt concrete, dan batu pecah (peralatan utama :
concrete batching plant, asphlt mixing plant, dan stone chrusher).
c.
Mendata
material alami : batu, pasir urug, pasir pasang(pasir beton), pasir batu
(sirtu), tanah urug (tanah timbunan)’ dari segi kualitas konstruksi.
d. Mendata lokasi quarry material batu, pasir urug, pasir
pasang (pasir beton), pasir batu (sirtu), tanah urug (tanah timbunan) :- lokasi
dan jarak dari kota provinsi, dan perkiraan kandungan volume saat ini.
e. Mendata peralatan milik perusahaan jasa konstruksi : nama
peralatan, kapasitas peralatan, dan kondisi peralatan.
f.
Mendata
peralatan milik perusahaan Leasing (sewa guna usaha) : nama peralatan, kapasitas peralatan, dan
kondisi peralatan.
g. Mendata produsen peralatan, dan kapasitas terpasang (
unit/tahun ) per-provinsi
8. MENDATA PASAR KONSTRUKSI PADA 33 PROVINSI.
a. Mendata proyek dana APBN Tahun Anggaran 2011 : nilai
paket, jenis pekerjaan, volume pekerjaan, waktu pelaksanaan (jadual
pelaksanaan).
b. Mendata proyek dana APBD Tahun Anggaran 2011 : nilai
paket, jenis pekerjaan, volume pekerjaan, waktu pelaksanaan (jadual
pelaksanaan).
c.
Mendata proyek
dana SWASTA Tahun Anggaran 2011 : nilai paket, jenis pekerjaan, volume
pekerjaan, waktu pelaksanaan (jadual pelaksanaan).
9. INSTANSI / LEMBAGA TERKAIT SEBAGAI SUMBER DATA :
- Kantor
Bappeda Provinsi
- Kantor Dinas PU, Bina Marga, Cipta Karya,
Pengairan (Sumber Daya Air)
- Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal
Daerah Provinsi.
- Kantor Dinas Pertambangan Provinsi.
- Kantor Badan Pusat Statistik Provinsi.
- Kantor Asosiasi Aspal Beton Indonesia (AABI)
Provinsi.
- Kantor Asosiasi Kontraktor Air Indonesia
(AKAINDO) Provinsi
- Kantor Asosiasi Kontraktor Bangunan Air
Indonesia (AKBARINDO)
- Kantor Asosiasi Kontraktor Gedung dan
Permukiman Indonesia (AKGEPI)
- Kantor Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI)
- Kantor Asosiasi Kontraktor Jalan dan
Jembatan Indonesia (AKJI)
- Kantor Asosiasi Kontraktor Sumber Daya Air
Indonesia (AKSDAI)
- Kantor Asosiasi Kontraktor Konstruksi
Indonesia (AKSINDO)
- Kantor Asosiasi Pengusaha Kontraktor Seluruh
Indonesia (APAKSINDO)
- Kantor Asosiasi Perusahaan Pengelola Alat Berat/Alat
Konstruksi Indonesia (APPAKSI).
- Kantor
Asosiasi Pengusaha Konstruksi
Nasional Indonesia (ASPEKINDO).
- Kantor
Asosiasi Pelaksana Konstruksi Nasional (ASPEKNAS)
- Kantor
Gabungan Perusahaan Kontraktor Nasional (GABPEKNAS).
- Kantor Gabungan Kontraktor Indonesia
(GAKINDO)
- Kantor Gabungan Perusahaan Kontraktor Air
Indonesia (GAPKAINDO)
- Kantor
Gabungan Pengusaha Kontraktor Nasional Indonesia (GAPEKNAS)
- Kantor Gabungan Perusahaan Konstruksi
Nasional Indonesia (GAPEKSINDO)
- Kantor
Gabungan Pengusaha Kontraktor Indonesia (GAPKINDO)
- Kantor
Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI)
- Kantor Gabungan
Perusahaan Nasional Rancang Bangun Indonesia (GAPENRI)
-
Kantor Persatuan konsultan Indonesia
(PERKINDO)
-
Kantor Ikatan Konsultan Indonesia (INKINDO)
Hasil pengumpulan data-data tersebut diatas, diolah dan dianalisis dalam
SIM database Pusbin Sumber Daya Investasi, menghasilkan output informasi dalam
bentuk numerik dan peta, antara lain :
a.
Peta kebutuhan material dan peralatan
konstruksi untuk mendukung investasi infrastruktur dalam negeri.
b.
Peta potensi material dan peralatan
konstruksi nasional ( material alami, dan keberadaan pabrik peralatan).
c.
Peta ketersediaan material dan peralatan
konstruksi nasional (material olahan, peralatan milik perusahaan jasa
konstruksi, dan peralatan milik perusahaan leasing)
d.
Peta potensi produsen material dan
peralatan konstruksi dalam negeri.
e.
Peta potensi pasar konstruksi dalam negeri
dan persebarannya.
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut